Hari Tani Nasional

September 2019

Bertepatan dengan Hari Tani Nasional, juga keresahan dan kesedihan atas berbagai rentetan peristiwa konflik agraria yang banyak terjadi, berbagai peristiwa perampasan lahan hingga tindakan kriminaslisasi dan represif yang dilakukan oleh oknum aparat kepada petani. Ditambah pula penderitaan rakyat terutama petani, yaitu RUU Pertanahan yang saya lihat bahwa dalam RUU tersebut sangat membebani dan tidak berpihak pada rakyat. Sehingga, berdasarkan latar belakang dan keresahan tersebut. Saya mengungkapkan berbagai rasa yang saya alami melalui karya kecil berupa ilustrasi gambar dan sebuah puisi.




Empat Titik Nol dan Petani

Aku tak pandai bersajak penuh amarah
Ingin langsung hunuskan belati ke hatimu
Sore itu dia menemuiku di padang rumput
Samping bangunan pabrik kala aku sibuk dengan tali tambang dan arit
Sesekali dia memanggil namaku dan menenteng sebuah kabar
Kabar bahwa perluasan lahan pabrik semestinya harus mengubur lahan sawahku
Sawahku masih hidup dan menghidupi
Masih kuat dan berdaulat !


Penjejalan narasi paksaan suap menyuap hingga kedok pembangunan ekonomi pemerataan ketenagakerjaan sumber pendapatan melonjak investor masuk lahan lumpur kotor berganti kantor kantor pemasaran tanpa permisi
Kaum tani dikebiri berdalih kesejahteraan tanpa nasi berganti keju dengan roti impor


Masa depan diprediksi lebih maju dengan revolusi industri empat titik nol
Lima titik nol
Enam titik nol
Ttik titik titik titik
Kacamata kontradiktifku melihat manakala petani di pukul balok kayu oleh aparat
Kriminalisasi petani terhadap berubahnya komoditas bahan pokok berganti semen
Benar-benar empat titik nol dan kemajuan penindasan






Komentar

Postingan populer dari blog ini

dolanan tradisional yang terlupakan

Castle in the Sky (1986) [sebuah review]

Novel Your Name (Kimi no Na Wa) - Shinkai Makoto [LUMINTU REVIEW]