HUJAN SELEPAS BUNYI BEL


Berdua di atas sepeda motor sederhana selepas kelas usai
Menyusuri jalan pantura
Dengan riuhnya lalu-lalang truk dan bus antar kota
Sudah menjadi tradisi dan rutinitas setiap hari
Panas dan hujan tak menyurutkan tradisi kisah kasih kita
Aku ingat dikala hujan tiba-tiba menyerang kita berdua
Emperan toko pinggir jalan menjadi tameng hujan
Kau memaksaku untuk terus berjalan kala itu
Walau aku sadar tak membawa jas hujan
Baiklah, kasih
Mari kita nikmati bersama air dari Tuhan
Yang membasuhi raut wajah dua manusia
Yang tengah dirundung asmara
Yang kini hanya bisa dikenang, tanpa bisa diulang
Terimakasih Tuhan
Hujan waktu itu
Motor punya bapak
Jalan pantura
Dan dia yang selalu aku bonceng usai bunyi bel
Aku ingin mengulanginya kembali
Sungguh
property of @afeksi.pdf




Achmad Syamsul
Semarang, 12 Oktober 2019

Komentar

Postingan populer dari blog ini

dolanan tradisional yang terlupakan

Castle in the Sky (1986) [sebuah review]

Novel Your Name (Kimi no Na Wa) - Shinkai Makoto [LUMINTU REVIEW]