Castle in the Sky (1986) [sebuah review]

 

studioghibli.com.au/laputacastleinthesky/
sc: studioghibli.com.au/laputacastleinthesky/
 
    Membicarakan anime garapan Studio Ghibli memang tidak ada habisnya. Kalau kamu meminta saran anime movie apa yang ringan namun penuh pesan moral dan bisa mengisi waktu luang aku tetap menyarankan kamu untuk nonton anime movie yang diproduksi oleh Studio Ghibli. 

    Setelah aku menamatkan menonton Spirited Away, Hotaru no Haka dan My Neighbor Totoro yang bagiku ini adalah anime ringan namun sarat akan pesan moral didalamnya dan kemungkinan akan aku bikin review dan pengalamanku ketika menonton anime-anime tersebut.

    Aku memiliki penilaian khusus pada Studio Ghibli ini terutama dalam aspek visualisasi yang mereka punya ciri khas tersendiri dan alur cerita yang menurutku sangat ringan untuk dikonsumsi bagi semua kalangan. 

    Kali ini aku iseng-iseng menonton Castle in the Sky yang menceritakan kisah seorang anak lelaki bernama Pazu dan anak perempuan bernama Sheeta. Pazu ini tinggal seorang diri dan bekerja di suatu pertambangan. Suatu hari ketika Pazu sedang lembur, ia melihat seorang perempuan sedang jatuh ke bumi, melayang dengan perlahan. Setelah ia menyelesaikan pekerjaannya, ia membawa perempuan tersebut yang bernama Sheeta ke rumahnya. Dalam pertemuannya, setelah Sheeta sadar dan mengingat bahwa sebelumnya ia jatuh dari pesawat karena dikejar oleh sekelompok pembajak yang ingin mengambil batu ajaib yang memiliki kekuatan. Beberapa kelompok dengan kepentingannya masing-masing mencoba merebut batu yang memiliki kekuatan tersebut dari tangan Sheeta. Batu tersebut juga saling berhubungan dengan Laputa, sebuah pulau diatas awan yang menjadi mitos bagi sebagian orang. Aku mau memberi peringatan mungkin akan ada sedikit spoiler bagi yang belum menonton, karena dibawah ini aku mau sedikit bercerita dan memberikan penilaianku dan pandanganku mengenai tiap kejadian dalam anime movie ini.

    Anime movie bergenre fantasi-adventure ini cukup ringan dan memiliki banyak pesan moral. Bahwa manusia sering kali menghamba pada ego dan kepentingannya untuk berkuasa dan menyalahgunakan kekuasaanya tersebut. Hal ini dapat dilihat dalam tokoh yang menurutku antagonis, Muska, kalian bisa tonton bagaimana di akhir film betapa penonton dibikin gregetan oleh kelakuan Muska. Sementara, tokoh Dola, sang mama yang memimpin para pembajak yang awalnya aku kira doi adalah tokoh antagonis karena pengambaran visual yang seperti nenek-nenek jahat dan ingin menyelakai Sheeta dan Pazu malah pada endingnya mereka saling bekerja sama untuk mengalahkan Muska, sungguh sangat menipuku, wkwk. Nah disini dapat dilihat bahwa aku telah tertipu tentang penokohannya, yang awalnya aku lihat tokoh antagonis malah endingnya menjadi protagonis, dan sebaliknya. 

    Yang aku suka pada bagian endingnya adalah ketika Sheeta dan Pazu yang terpojok memilih untuk mengucapkan mantra penghancuran. Bagiku hal itu merupakan suatu keputusan yang sangat berani, sih. Pulau Laputa bisa saja menjadi tempat yang indah bagi Sheeta dan Pazu namun banyak sekali pihak-pihak yang ingin menyalahgunakannya seperti Muska. Nah keputusan Sheeta dan Pazu yang tidak tergoda untuk memiliki kekuatan tersebut memilih menghancurkannya. Salute. 

    Disini nampak jelas bahwa manusia sering kali tergila-gila akan ego, kekuasaan dan kepentingannya sendiri. Pesan moral dalam anime movie ini dikemas dengan simpel dan menurutku cocok untuk ditonton dengan anak-anak atau bersama keluarga. Nah apabila kamu punya teori dan pandangamu sendiri mengenai anime movie Castle in the Sky ini silakan berdiskusi ya, hehe. Aku kasih nilai 9.5/10 untuk anime ini, dengan visualisasi yang khas ghibli banget, jalan cerita yang simpel dengan penyampaian makna dan pesan moral sangat oke sih, yang kurang menurutku adalah kurangnya official soundtrack dan backsongnya. Dah gitu aja, terimakasih sudah membaca dan selamat menonton.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

dolanan tradisional yang terlupakan

MIMPI PETANI DI NEGERI AGRARIS